Dalam film Spider-Man 2 (2004), Dr. Otto Octavius, menyebut Peter Parker sebagai “brilliant but lazy” (cerdas tapi malas). Ini terjadi ketika Dr. Octavius berbicara dengan Peter tentang potensi akademisnya yang luar biasa namun tampaknya tidak dimanfaatkan sepenuhnya. Frasa ini mencerminkan pandangan Dr. Octavius bahwa Peter memiliki bakat yang besar tetapi tidak bekerja cukup keras untuk mengembangkannya–meskipun kasus Parker ini berbeda, karena ia sibuk menjadi Spiderman dan kelelahan. Kasihan sebenarnya.
Kecerdasan memang merupakan aset berharga, namun tanpa kemauan dan usaha, potensi tersebut sering kali tidak terwujud menjadi hasil nyata. Ungkapan “brilliant but lazy” menggambarkan kenyataan bahwa memiliki kecerdasan saja tidak cukup. Untuk mencapai sesuatu yang luar biasa, seseorang harus menggabungkan bakat dengan ketekunan dan kerja keras.
Thomas Edison, seorang penemu terkenal, pernah berkata, “Genius is one percent inspiration and ninety-nine percent perspiration”. Pernyataan ini menekankan pentingnya usaha dan kerja keras dalam mengembangkan ide-ide brilian menjadi kenyataan. Tanpa dedikasi dan kerja keras, bahkan orang yang paling cerdas sekalipun mungkin tidak akan mencapai potensi penuh mereka, bahkan tidak menghasilkan apa-apa.
Carol Dweck, seorang psikolog terkenal dengan konsep “mindset,” mengungkapkan bahwa orang dengan “growth mindset” atau pola pikir berkembang percaya bahwa kemampuan dapat ditingkatkan melalui usaha dan belajar terus-menerus. Sebaliknya, mereka yang memiliki “fixed mindset” atau pola pikir tetap cenderung percaya bahwa bakat adalah sesuatu yang tetap dan tidak dapat diubah, sehingga kurang termotivasi untuk berusaha lebih keras (Dweck, 2006).
Dalam konteks kehidupan sehari-hari, banyak orang yang memiliki potensi besar namun terhambat oleh kurangnya disiplin dan kerja keras. Hal ini dapat dilihat dalam berbagai bidang, mulai dari akademis, profesional, hingga seni. Tanpa komitmen untuk terus belajar dan berlatih, kemampuan alami seseorang mungkin tidak akan berkembang menjadi keahlian yang luar biasa. Sebaliknya, mereka yang tekun dan gigih, meskipun mungkin tidak memiliki kecerdasan yang luar biasa, sering kali mencapai kesuksesan karena usaha keras mereka untuk menguasai bidang yang mereka tekuni.
Selain itu, penting untuk diingat bahwa kemauan dan usaha juga melibatkan keberanian untuk gagal dan belajar dari kegagalan tersebut. Banyak inovasi besar dalam sejarah muncul dari proses trial and error yang panjang. Misalnya, Albert Einstein pernah mengatakan, “It’s not that I’m so smart, it’s just that I stay with problems longer” (Isaacson, 2007). Ini menunjukkan bahwa ketekunan dalam menghadapi tantangan dan kemauan untuk terus mencoba adalah kunci untuk mencapai terobosan.
Oleh karena itu, mengembangkan kecerdasan tidak hanya tentang mengasah keterampilan intelektual tetapi juga tentang membangun karakter yang tangguh dan pantang menyerah. Dengan begitu, individu dapat memaksimalkan potensi mereka dan memberikan kontribusi yang bermakna bagi dunia.
Satu hal lagi, jika seseorang memiliki ide brilian tetapi berpotensi merugikan selama proses eksperimen, apakah sebaiknya ia melanjutkan atau menghentikan eksperimennya? Pertanyaan ini muncul karena banyak ilmuwan yang menganggap korban sebagai harga yang harus dibayar demi manfaat yang lebih besar di masa depan. Beberapa ilmuwan merujuk pada temuan penting, terutama di bidang kedokteran, yang telah menyebabkan banyak korban tetapi memberikan manfaat besar bagi banyak orang di seluruh dunia.
Ini adalah dilema antara etika dan teknologi, seperti yang juga ditunjukkan dalam karakter Dr. Octavius di film Spiderman 2. Dr. Octavius menciptakan sumber energi mandiri yang sangat kuat, tetapi belum stabil, sehingga menimbulkan risiko besar dan menyebabkan korban. Pada akhirnya, Dr. Octavius rela menghentikan eksperimennya, yang berarti mengorbankan impiannya (dan tentu saja biaya). Namun, sepertinya ia mengambil keputusan itu karena dikalahkan oleh Spiderman alias Peter Parker, mahasiswanya sendiri, setelah melalui baku hantam.
Pada akhirnya, kecerdasan dan kreativitas membutuhkan kesadaran moral. Meskipun ide brilian dan inovasi dapat membawa manfaat, penting untuk mempertimbangkan dampaknya dari sisi yang lain. Tanpa kesadaran moral, kecerdasan dan kreativitas akan melahirkan arogansi dan kesombongan.
Daftar Pustaka
Dweck, C. S. 2006. Mindset: The New Psychology of Success. New York: Random House.
Evans, H. 2004. They Made America: From the Steam Engine to the Search Engine: Two Centuries of Innovators. Boston: Little, Brown and Company.
Isaacson, Walter. 2007. Einstein: His Life and Universe. New York: Simon & Schuster.