
Peristiwa Hijrah merupakan salah satu momen penting dalam sejarah awal Islam yang menandai perpindahan Nabi Muhammad saw. beserta pengikutnya dari Mekah ke Madinah. Mekah pada masa itu menjadi tidak aman bagi kaum Muslim karena tekanan yang dilakukan oleh para pemuka kafir Quraisy. Di tengah situasi ini, kaum Anshar dari Madinah, dengan penuh keberanian dan solidaritas, memberikan bantuan dan perlindungan kepada kaum Muhajirin Mekah yang tiba di kota mereka–tentu saja dengan risiko kelak akan menimbulkan kemarahan para kafir Quraisy dan terjadinya peperangan.
Kaum Anshar, yang mayoritas terdiri dari suku Aus dan Khazraj, menunjukkan sikap yang luar biasa dalam mendukung kaum Muhajirin. Mereka tidak hanya menyambut kaum Muhajirin dengan tangan terbuka, tetapi juga berbagi harta dan rumah mereka dengan sukarela. Menurut Dr. Muhammad Abdul-Rauf, dalam bukunya yang berjudul The Life of the Prophet Muhammad: A Brief History (2006) kaum Anshar memperlihatkan kebaikan hati dan loyalitas yang mengesankan, meskipun mereka sendiri mungkin menghadapi keterbatasan ekonomi.
Dalam al-Quran, Allah Swt. memuji sikap kaum Anshar yang mulia dalam Surah al-Hashr ayat 9:
وَالَّذِيْنَ تَبَوَّءُو الدَّارَ وَالْاِيْمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّوْنَ مَنْ هَاجَرَ اِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُوْنَ فِيْ صُدُوْرِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ اُوْتُوْا وَيُؤْثِرُوْنَ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۗوَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَفْسِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَۚ
Orang-orang (Ansar) yang telah menempati kota (Madinah) dan beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin) mencintai orang yang berhijrah ke (tempat) mereka. Mereka tidak mendapatkan keinginan di dalam hatinya terhadap apa yang diberikan (kepada Muhajirin). Mereka mengutamakan (Muhajirin) daripada dirinya sendiri meskipun mempunyai keperluan yang mendesak. Siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran itulah orang-orang yang beruntung (Al-Ḥasyr [59]:9)
Bantuan kaum Anshar tidak hanya berhenti pada aspek materi, tetapi juga mencakup perlindungan dan persaudaraan. Mereka membantu kaum Muhajirin menetap di Madinah, membangun ikatan sosial dan solidaritas yang kuat antara kedua kelompok ini. Peristiwa ini tidak hanya mencerminkan kemanusiaan yang tinggi, tetapi juga memantapkan kekuatan umat Islam pada saat itu. Kalau bukan karena keimanan dan keteladanan Nabi Muhammad saw., amat sulit menjalin hubungan erat semacam ini. Hal ini sebagaimana terlihat pada permasalahan imigrasi yang sulit ditangani oleh negara-negara maju, yang menghasilkan lingkungan kumuh bagi para imigran.
Peristiwa Hijrah dan bantuan yang diberikan oleh kaum Anshar kepada kaum Muhajirin adalah contoh nyata dari keberanian, solidaritas, dan kebaikan hati dalam sejarah awal Islam. Tindakan mereka menunjukkan pentingnya persatuan dan kebersamaan antar-Muslim dalam menghadapi cobaan dan tantangan bersama. Kesediaan untuk saling tolong-menolong menjadi pilar utama kekuatan umat Islam. Selama seorang muslim bersedia membantu saudaranya, umat Islam akan tegak dengan kekuatan dan kemuliaan.
Dalam konteks ini, tolong-menolong tidak hanya mencakup bantuan material, tetapi juga dukungan moral, emosional, dan spiritual antar-individu. Praktik ini tidak hanya memperkuat jaringan sosial dan solidaritas dalam masyarakat, tetapi juga mengangkat nilai-nilai kemanusiaan yang fundamental dalam Islam, yang mengajarkan pentingnya saling peduli dan saling membantu dalam kehidupan sehari-hari.
Para sosiolog telah menjelaskan bagaimana pentingnya tolong-menolong, kerja sama atau kolaborasi dalam konteks masyarakat modern. Dr. Barbara A. Misztal, dalam bukunya yang berjudul The Challenges of Vulnerability: In Search of Strategies for a Less Vulnerable Social Life (2011) menyoroti bahwa tolong-menolong memainkan peran krusial dalam memperkuat hubungan sosial. Misztal menekankan bahwa dalam konteks masyarakat modern yang kompleks, kolaborasi antar-individu menjadi kunci untuk mengatasi tantangan sosial dan ekonomi.
Prof. Peter Kropotkin dalam karya klasiknya Mutual Aid: A Factor of Evolution (2001) menyajikan pembahasan tentang sejarah evolusi dan pentingnya tolong-menolong dalam kelompok manusia dan hewan. Kropotkin mengamati bahwa kerja sama antar-individu tidak hanya bermanfaat untuk kelangsungan hidup tetapi juga menjadi landasan bagi perkembangan sosial yang lebih maju.
Dalam Islam, tolong-menolong dilihat sebagai bagian integral dari ibadah kepada Allah Swt. dan sebagai wujud cinta kasih antar-sesama manusia. Ayat-ayat al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad saw. mengajarkan umat Muslim untuk saling menolong dalam kebaikan dan keadilan. Hal ini tercermin dalam prinsip-prinsip seperti zakat, sedekah, dan berbagai bantuan terhadap yang membutuhkan. Prinsipnya adalah tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.
وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya (Al-Mā’idah [5]:2)
Tolong-menolong bukan sekadar konsep etika, tetapi juga prinsip yang mendorong harmoni dan kemajuan dalam masyarakat. Dengan tolong-menolong, kolaborasi, dan solidaritas, setiap anggota masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik dan berkeadilan. Ketika orang-orang saling membantu, mereka tidak hanya memperkuat hubungan sosial dan membangun kepercayaan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan bersama. Terlebih lagi, tolong-menolong memperkuat fondasi kemanusiaan dan persaudaraan, memastikan bahwa nilai-nilai moral seperti keadilan, empati, dan persatuan terus dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat.
Daftar Pustaka
Abdul-Rauf, Muhammad. The Life of the Prophet Muhammad: A Brief History. Kuala Lumpur: Islamic Book Trust, 2006.
Ibn Ishaq. The Life of Muhammad. Terj. Inggris oleh Alfred Guillaume. Oxford: Oxford University Press, 1955.
Kropotkin, Peter. Mutual Aid: A Factor of Evolution. Honolulu: University Press of the Pacific, 2001.
Misztal, Barbara A. The Challenges of Vulnerability: In Search of Strategies for a Less Vulnerable Social Life. London & New York:Routledge, 2011.