K.H. Ahmad Syahiduddin telah meninggalkan kesan yang begitu mendalam terhadap orang-orang yang pernah mengenalnya. Di balik ketegasannya, beliau berhati lembut, penuh perhatian, dan bersemangat kekeluargaan. Begitu besarnya kepedulian beliau terhadap pesantren, guru-guru, dan para santri. Wafatnya pada 26 Februari 2024 telah meninggalkan kenangan yang penuh makna dengan warisan nilai-nilai kehidupan.
Hal ini diungkapkan oleh Ustaz Faris Fauzi Arief, S.I.P., M.I.Pol., Kepala Bagian SDM Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza pada Sabtu (1/6/2024).
“Beliau orang hebat yang pantas untuk dijadikan teladan. Sosok inspirasi yang tidak pernah hilang. Saya memang tidak mendapat pengajaran secara langsung di kelas. Namun apa yang beliau ajarkan kepada yang lain atau ada instruksi beliau kepada yang lain, rasanya tergerak untuk ikut berperan serta. Kekuatan beliau seperti itu, mampu menggugah atau menggerakkan,” ujarnya.
Ustaz Faris bercerita bahwa ayahnya (almarhum Ustaz Encep Abdul Aziz) termasuk salah seorang yang sering diberikan pengarahan dan banyak belajar selama mendampingi Kiai Syahid.
“Di situ ayah saya banyak belajar dari Kiai Syahid. Ayah saya pernah bercerita sewaktu saya masih SMP (sekitar 2006/2007). ‘A orang yang harus jadi panutan kamu dalam hidup itu ayah Ndin (sebutan Kiai Syahid).’ Saya tanya kenapa Yah? ‘Ayah Ndin itu orangnya fokus, istiqâmah, tawâdhu, dan teliti’,” kenang Ustaz Faris.
Kemudian, lanjut Ustaz Faris, teropong dan wawasan Kiai Syahid itu menyeluruh, dari hal-hal yang sekecil apa pun pasti diperhitungkan.
“Jadi, kalau kamu nanti sudah mengerti, kamu harus jadikan Kiai Syahid sebagai panutan. Ayah banyak belajar dari beliau terkait banyak hal,” kenang Ustaz Faris.
“Jadi, sosok inspirasi yang patut diteladani,” imbuhnya.
Menurut Ustaz Faris, Kiai Syahid juga mengajarkan pentingnya menjalani proses dengan baik, di mana kita belajar, memperbaiki kekurangan, dan kemudian mencapai hasil yang diharapkan.
“Saya terbersit kata-kata ayah saya terkait teladan Kiai Syahid, harus terjun langsung ke lapangan, kita mengerti, kita belajar di situ. Insya Allah kalau misalkan kita turun langsung, proses itu akan kita nikmati. Saya diajari bahwa segala sesuatu itu butuh proses. Selama proses itu, mungkin ada kesalahan, tapi dari proses itu kita belajar. Segala sesuatu yang kita lakukan itu ada pembelajarannya. Nah, itu yang diteladani dari Kiai Syahid,” jelasnya.
Kiai Syahid dikenal keras dan tegas, namun hal itu tidak berangkat dari emosi, tetapi edukasi. Keyakinan dan keputusannya yang tegas merupakan bagian dari metode pengajaran yang ia terapkan. Menurut Ustaz Faris, melalui pendekatan yang tegas, kita dapat belajar dengan lebih mendalam, mudah diingat, dan menghasilkan perubahan yang positif dalam diri kita.
“Memang beliau itu keras, tapi tujuannya untuk mendidik kita, untuk memberikan pelajaran, yang mana pelajaran itu akan selalu diingat, melekat di otak,” ungkap Ustaz Faris.
Karena itu meskipun Kiai Syahid dikenal keras, namun tidak menciptakan jarak atau membuat orang menjauh. Dengan sifatnya yang penuh perhatian dan kehadiran yang membumi, Kiai Syahid mampu membina hubungan yang erat dengan guru-guru dan para santri, membangun rasa kebersamaan, dan memberikan inspirasi yang mendalam bagi mereka yang berinteraksi dengannya.
“Itulah seorang kiai. Walaupun kita sudah dimarahi oleh kiai, tidak membuat kita menjauh. Beliau itu seperti memiliki magnet, kita ingin selalu dekat dengan beliau. Dan itu magnet yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata. Karena keluarnya langsung dari hati. Saya melihat Pak Kiai walaupun di seberang sana, sebisa mungkin untuk mendekati beliau, ingin cium tangannya. Hal semacam ini sulit diungkapkan kata-kata,” jelasnya.
“Beliau juga mampu menggerakkan semua bagian tanpa ada batasan ruang lingkup bagian. Itulah karamah seorang kiai,” imbuhnya.
Kiai Syahid memiliki kelebihan dalam berbicara, berpikir, dan menerapkannya di lapangan. Berbicaranya menarik, pikirannya fokus dan detail, serta mampu mewujudkannya. “Beliau orang yang sangat luar biasa, mampu menata. Kia Syahid itu sangat intelektual dan juga terjun secara langsung ke lapangan, strateginya betul-betul pas,” kata Ustaz Faris.
“Kita yang pernah berinteraksi secara langsung dengan beliau tidak mengharap apa pun, hanya mengharapkan ridanya, ilmu dan berkahnya,” ujarnya.
Menurut Ustaz Faris, Kiai Syahid bisa disebut kiai jenius. Beliau juga visioner, sudah memikirkan apa yang belum kita pikirkan. Makanya ketika beliau mengatakan sesuatu, lakukan saja, walaupun saat itu kita belum mengerti. Nanti ketika proses itu kita jalani, di situ kita belajar.
“Jadi, beliau itu mengajari kita tentang kehidupan, ilmu yang banyak, dan perjuangan. Itu tiga komponen yang tidak bisa kita hindari dalam menjalani kehidupan. Dalam hidup kita butuh ilmu dan perjuangan,” katanya.
Terakhir, Ustaz Faris berharap dengan terbitnya buku Menjaga Amanah Menata Langkah (2024) banyak orang terinspirasi oleh Kiai Syahid, di mana banyak ilmu dan keteladanan yang diambil. Dengan buku ini, kita dapat merasakan bagaimana sikap dan perjuangan beliau untuk menata masa depan, termasuk merawat tradisi dan merespons modernisasi, seperti yang sering beliau sampaikan. Sayang sekali kalau hanya yang pernah berinteraksi langsung yang bisa merasakan hal tersebut. Oleh karena itu, kata Ustaz Faris, nilai-nilai Kiai Syahid harus disebarluaskan.
“Saya berharap, banyak orang yang membaca buku ini dan dapat merasakan manfaatnya. Saya tidak ingin nilai-nilai yang saya serap dari Kiai Syahid saya rasakan sendiri. Rugi rasanya kalau tidak membaca buku ini. Meskipun tidak akan sama dengan yang pernah berinteraksi secara langsung, setidaknya dapat mengambil manfaat dari ajaran yang pernah beliau pernah sampaikan,” pungkasnya.