Silaturahmi dan Sosialisasi Program SMA: Bekal Persiapan Wali Santri
Mudir al-Ma’had tekankan manfaat silaturahmi untuk kebaikan bersama. Foto : Bayu Adjie/Aryo Seto (5 SMAWI C).

Pada Ahad, 13 Oktober 2024, Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza menyelenggarakan Silaturahmi Wali Santri dan Sosialisasi Program Tingkat SMA untuk kelas 4 dan 1 SMAWI. Acara ini dihadiri oleh Mudir al-Ma’had, K.H. Zahid Purna Wibawa, S.T., didampingi oleh Ustazah Lilis Hafidzoh, serta Majelis Khidmah Ustaz Wahyuni Nafis, M.A., dan Dr. Abdul Latief. Juga hadir Wakil Mudir, Ustaz H. Indra Jaya, M.A., Ustaz H. Muhidin, M.Pd., serta Ustaz Haerudin, M.Pd. Acara berlangsung di Aula Tasabuq.

Dalam pemaparannya, Kiai Zahid menekankan pentingnya pendidikan untuk membentuk akhlak dan adab anak, sekaligus mempersiapkan mereka sebagai pemimpin masyarakat. “Kalau kita tidak mempersiapkan anak kita, ke depan anak kita tidak akan bisa bersaing, bahkan oleh artificial intelligence sendiri, kecerdasan buatan,” ujarnya. Beliau juga menegaskan, “Kita persiapkan anak kita, tidak hanya keilmuannya, tetapi juga akhlaknya.”

Kiai Zahid memaparkan program bahasa LOTEA (Language Other Than English and Arabic), termasuk bahasa Prancis, Jepang, dan Turki, yang disesuaikan dengan kerja sama kampus luar negeri. Beliau juga menjelaskan tentang jurusan dan konsentrasi di tingkat SMA, mendorong para orang tua untuk mendiskusikannya dengan anak mereka. “Sepakati pilihan yang akan diambil,” kata Kiai Zahid.

Pesantren, lanjut beliau, mendidik santri sesuai dengan tuntutan zaman. “Betul kita di pesantren, tapi harus bersaing di semua lini. Tidak hanya urusan agama, tapi teknologi juga, umat Islam harus menguasainya. Iman dan takwa, ilmu pengetahuan dan teknologi, semua. Imtak dan iptek,” tegasnya.

Kurikulum di Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza adalah berwawasan internasional, mempersiapkan santri untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kurikulum ini merupakan perpaduan antara kurikulum nasional, Cambridge, dan pesantren, yang dikenal sebagai Kurikulum Dza ‘Izza. Dengan penjelasan ini, para wali santri diharapkan dapat memahami langkah-langkah persiapan menuju perguruan tinggi, termasuk dalam menyepakati jurusan yang akan dipilih oleh anak-anak mereka serta persiapan lainnya. Informasi yang disampaikan oleh Kiai Zahid menjadi bekal penting untuk mendukung langkah-langkah tersebut. “Pastikan agar sama-sama saling mendukung dengan baik atas jurusan yang diambil,” tegas beliau.

Selain itu, Kiai Zahid memaparkan data alumni yang melanjutkan studi ke perguruan tinggi di dalam dan luar negeri. Dijelaskan pula kerja sama dengan berbagai universitas yang membuka jalan bagi santri untuk melanjutkan pendidikan hingga ke kancah internasional.

“Pertemuan silaturahmi ini untuk kebaikan kita semua, terutama untuk anak-anak kita, bahwa mereka bukan cuma butuh support gurunya, tapi terutama oleh kedua orang tuanya,” tambahnya. “Kita sama-sama ingin anak-anak kita menjadi anak-anak yang saleh dan salehah, dan sukses, tidak ada hal lain yang kita harapkan. Menjadi waladun saleh, menjadi amal jariyah kita yang tidak terputus ila yaumil qiyamah. Dan itu adalah anak-anak kita semua,” tutupnya.

Sharing Session bersama Dr. Abdul Latief dan para alumni berbagi inspirasi dan pengalaman. Foto : Bayu Adjie/Aryo Seto.

Acara dilanjutkan dengan orientasi jalur masuk perguruan tinggi oleh Ustaz H. Muhidin, M.Pd., disusul penjelasan manfaat psikotes bagi pendidikan anak oleh Ustazah Chaista Ramanillah, S.Psi. Sesi berikutnya adalah sharing session bersama Dr. Abdul Latief yang menghadirkan alumni dari berbagai latar belakang, seperti dosen, polisi, mahasiswa kedokteran, teknik sipil. Mereka berbagi cerita tentang manfaat pendidikan di pesantren dan bagaimana lulusan pesantren siap bersaing dengan lulusan lembaga pendidikan lainnya. “Pesantren bisa eksis dalam persaingan-persaingan global, persaingan-persaingan internasional,” ungkap Dr. Latief menarik benang merahnya.

Para alumni juga memberikan pesan terkait pentingnya menjaga kesehatan fisik dan mental, doa dan usaha, serta rida orang tua. Disampaikan pula pentingnya tiga keberkahan: doa orang tua (asih), guru (asuh), dan pengembangan diri (asah).

Acara ditutup dengan penegasan dari Dr. Latief tentang peran pesantren dan santri di masa depan. “Pesantren bisa hadir di manapun,” katanya. Terakhir, doa penutup dipimpin oleh Ustaz Wahyuni Nafis, M.A.