Semua Aktivitas di Pesantren Bernilai Pendidikan dan Ibadah

Pendidikan di pesantren berlangsung selama dua puluh empat jam. Tujuannya adalah ibadah. Semua aktivitas Apa pun bentuknya, mulai dari kegiatan belajar mengajar di kelas, salat dan mengaji, kegiatan ekstrakurikuler, dan sebagainya semuanya bernuansa ibadah. Semuanya karena Allah. Karena itulah hakikat pesantren.

“Kita wajib bersyukur karena setiap langkah kita bernilai ibadah,” kata Mudir al-Ma’had Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza K.H. Zahid Purna Wibawa, S.T. pada Jum’at (12/1/2024).

Kiai Zahid menjelaskan bahwa setiap aktivitas yang dilakukan di pesantren ini bernilai ibadah, dari mulai belajar, mengajar, mengawas, mendampingi, dan seluruh aktivitas yang mengandung nilai pendidikan. Semuanya ibadah.

“Semua harus bernilai pendidikan. Karenanya, kita semua adalah pendidik,” ujar beliau.

Aktivitas di pesantren menjadi lahan ibadah dan ladang amal saleh. Karena kebaikan apapun yang kita lakukan di pesantren memiliki pengaruh positif terhadap santri. Semua perilaku kita dicontoh. Dan contoh kebaikan bernilai pendidikan dan ibadah. Syaratnya, semata-mata mengharap ridha Allah.

Sebagaimana dikatakan Ibn al-Qayyim dalam kitab Fawaid al-Fawaid, bahwa semua urusan pasti berpulang kepada pencipta-Nya, kehendak-Nya, hikmah-Nya, dan ilmu-Nya. Allah adalah puncak dari segala tujuan dan keinginan.

Ibn al-Qayyim menegaskan:

Segala sesuatu yang diinginkan hanya berasal dari Allah, sebagaimana dalam Firman-Nya, “Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kamilah khazanahnya” (Qs.al-Hijr:21). Dan semua yang diinginkan pun harus ditujukan kepada Allah, sebagaimana Firman-Nya, “Dan bahwasanya kepada rabbmu lah kesudahan segala sesuatu (Qs. an-Najm :42). Atas dasar itu tidak ada yang paling penting untuk dicari selain Allah dan tidak ada tujuan akhir selain kepada-Nya.

Tidak mengherankan jika Panca Jiwa Pondok yang pertama adalah keikhlasan. Hal ini karena dari keikhlasanlah kita memulai, menjadikan Allah sebagai tujuan segala aktivitas di pesantren. Dari keikhlasanlah kita melangkah, menjadikan Allah sebagai harapan segala amal kebaikan di pesantren. Selain dari-Nya tidak menjadi tujuan dan ketamakan. Karena ikhlas meredam ketamakan.

Sebagaimana dikatakan Syeikh Abdul Qadir al-Jailani, “Ikhlas meredam api ketamakanmu.”

Tentu hal ini tidak mudah. Karenanya, Syeikh Abdul Qadir al-Jailani menasihati kita demi menjaga keikhlasan:

Tundukkanlah pandanganmu dari hal-hal yang haram, cegahlah dirimu dari syahwat, biasakanlah memakan yang halal, dan peliharalah batinmu tetap dalam muraqabah, dan lahirmu tetap mengikuti sunnah. Dengan demikian engkau mempunyai pikiran yang sehat dan benar, makrifatmu sehat hanya jika telah menyuburkan akal dan kalbu, dan bukan nafsu, tabiat buruk, kebiasaan ataupun gengsi.

Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang ikhlas dalam mendidik sehingga bernilai ibadah di sisi Allah dan pahalanya terus mengalir hingga yaum al-akhir.

Skip to content