
Pada Ahad (23/03/2025), Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza menggelar Kuliah Etiket di Masjid al-Ibadussolihin. Dalam kesempatan ini, Mudir al-Ma’had K.H. Zahid Purna Wibawa, S.T., menyampaikan tausiyah sebelum para santri mengisi liburan.
Kiai Zahid memaparkan, Ramadan bukan hanya momentum untuk meningkatkan ibadah individual, tetapi juga menjadi sarana pembinaan akhlak mulia. Beliau menegaskan bahwa bulan ini disebut Syahrul Madrasah—bulan pendidikan—karena mengajarkan umat Islam untuk menahan diri, menjaga perilaku, serta membiasakan etika yang baik dalam interaksi sosial.
Kiai Zahid mengutip sabda Rasulullah ﷺ yang menekankan pentingnya menjaga lisan dan tindakan selama berpuasa:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْن. (HR. Bukhari)
“Puasa adalah perisai, maka jangan berkata kotor dan bertindak bodoh. Jika ada yang mengajak bertengkar atau mencaci, katakanlah ‘aku sedang berpuasa’ sebanyak dua kali.”
Lebih lanjut, beliau mengutip hadits lain yang menegaskan bahwa puasa tidak hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari perkataan dan perbuatan yang buruk:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ. (HR. Bukhari)
“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan buruk, maka Allah tidak membutuhkan puasanya meskipun ia menahan lapar dan haus.”
Selain itu, Kiai Zahid juga menyoroti dimensi sosial Ramadan. Beliau mengingatkan bahwa kepedulian terhadap sesama adalah bagian dari akhlakul karimah yang harus terus dijaga. Beliau mengutip hadis Rasulullah ﷺ:
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا. (HR. Tirmidzi)
“Barangsiapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.”
Menguatkan pembahasan, Kiai Zahid mengutip pemikiran Imam al-Ghazali dalam Asraru al-Shiyam tentang empat unsur utama dalam puasa:
- Puasa Penglihatan (صَوْمُ البَصَرِ)
غَضُّ البَصَرِ وَ كَفُّهُ عَنِ الاِتِّسَاعِ فِي النَّظَرِ إِلَى كُلِّ مَا يَذُمُّ وَ يُكْرَهُ وَ إِلَى مَا يُشْغِلُ القَلْبَ وَ يُلْهِي عَنْ ذِكْرِ اللّهِ.
(Menjaga mata dari melihat hal yang buruk dan menjauhkan diri dari hal yang melalaikan dzikir kepada Allah.) - Puasa Lisan (صَوْمُ اللِّسَانِ)
حِفْظُ اللِّسَانِ عَنِ الهِذْيَانِ وَ الكَذِبِ وَ الغِيْبَةِ وَ الفَحْشِ وَ الجَفَاءِ.
(Menjaga lisan dari perkataan sia-sia, dusta, ghibah, serta kata-kata kotor.) - Puasa Pendengaran (صَوْمُ السَّمْعِ)
كَفُّ السَّمْعِ عَنْ الإِصْغَاءِ إِلى كُلِّ مَكْرُوْهٍ.
(Menjaga telinga dari mendengar hal-hal yang diharamkan.) - Puasa Anggota Tubuh (صَوْمُ بَقِيَّةِ الجَوَارِحِ)
كَفُّ بَقِيَّةِ الجَوَارِحِ عَنِ الآثَامِ.
(Menjaga seluruh anggota tubuh dari perbuatan dosa.)
Menutup tausiyahnya, Kiai Zahid berpesan agar para santri selalu berhati-hati dalam bersikap selama liburan. Beliau mengutip nasihat Malaikat Jibril kepada Rasulullah ﷺ yang diriwayatkan dalam Nasha’ih al-‘Ibad:
قَالَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ: يَا مُحَمَّدُ عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّك مُفَارِقُهُ وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّك مَجْزِيٌّ بِهِ.
“Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu, tetapi engkau pasti mati. Cintailah siapa saja, tetapi engkau pasti berpisah dengannya. Beramallah sesukamu, tetapi engkau pasti mendapat balasannya.”
Sebagai penutup, Kiai Zahid mengingatkan bahwa Islam sudah cukup menjadi kenikmatan terbesar, ketaatan cukup sebagai kesibukan utama, dan kematian cukup sebagai pelajaran hidup, sebagaimana dikatakan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib R.A.:
إِنَّ مِنْ نَعِيمِ الدُّنْيَا يَكْفِيكَ الْإِسْلَامُ نِعْمَةً وَإِنَّ مِنَ الشُّغْلِ يَكْفِيْكَ الطَّاعَةُ شُغْلًا وَإِنَّ مِنَ الْعِبْرَةِ يَكْفِيْكَ الْمَوْتُ عِبْرَةً.
Dengan tausiyah ini, diharapkan para santri dapat menjalani Ramadan dengan lebih bermakna, menjaga akhlak, dan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Islam selama liburan.