
Di tengah derasnya arus teknologi, pesantren dihadapkan pada tantangan baru. Dunia yang terus berubah dan dipenuhi dengan perkembangan teknologi mendorong pesantren untuk lebih adaptif. Pesantren, yang selama ini dikenal sebagai pusat pendidikan agama, dituntut untuk merespons kemajuan ini secara positif, tanpa melupakan akar tradisi keislaman yang kental.
Sebagaimana dikutip dari situs resmi Kemenag (Kemenag.go.id) Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Suyitno, pada Rabu (16/10/24) di Jakarta, menyampaikan bahwa pesantren harus mampu memanfaatkan teknologi untuk mempercepat penyampaian materi dakwah dan pendidikan. “Santri harus beradaptasi dengan teknologi agar menjadi pribadi yang komplit, menguasai ilmu keagamaan dengan baik sekaligus menguasai teknologi,” kata Suyitno.
Dalam rangka memperingati Hari Santri 2024, Kementerian Agama melalui Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan menggelar dua pelatihan penting yang sangat relevan dengan tuntutan era digital: Santri Menjadi Content Creator dan Santri Mahir AI (Artificial Intelligence). Pelatihan ini dirancang untuk mempersiapkan santri menghadapi masa depan, dengan menguasai keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia digital.
Santri yang mengikuti pelatihan Content Creator akan mempelajari berbagai keterampilan, termasuk teknik storytelling, menulis naskah, branding, dan produksi konten. Keterampilan ini diharapkan dapat mendukung dakwah mereka di dunia maya, serta mengajak generasi muda untuk lebih dekat dengan nilai-nilai keislaman melalui media digital.
Sementara itu, pelatihan Mahir Artificial Intelligence akan memperkenalkan santri pada penggunaan AI dalam pengembangan ilmu agama. Beberapa materi yang diajarkan antara lain, penggunaan AI untuk menulis aksara Arab, pengembangan chatbot santri, hingga pembahasan AI dan masa depan santri. Ini menjadi langkah signifikan bagi pesantren dalam memadukan teknologi canggih dengan pendidikan agama, membuka jalan baru bagi santri dalam berdakwah dan belajar.

Pendaftaran pelatihan tersebut berlangsung dari 16 hingga 19 Oktober 2024, sementara pelatihannya sendiri akan dilaksanakan pada 20 dan 21 Oktober 2024. Kegiatan ini menunjukkan komitmen pesantren dalam merespons perubahan zaman, sekaligus tetap menjaga misi pendidikan yang berbasis agama.
Di era yang kian digital ini, santri tidak hanya diharapkan menjadi penjaga tradisi agama, tetapi juga pelopor dalam memanfaatkan teknologi untuk tujuan yang positif. Penguasaan teknologi tidak sekadar alat, tetapi menjadi jembatan bagi santri dan pesantren untuk menyebarkan pesan-pesan keislaman yang lebih luas, efektif, dan relevan dengan generasi masa kini. Pesantren kini bukan hanya pusat pendidikan agama, tetapi juga tempat lahirnya generasi baru yang siap mengisi ruang digital dengan konten berkualitas dan berlandaskan nilai-nilai luhur agama.
Pesantren Sebagai Garda Terdepan Dakwah di Era Digital
Pesantren kini dituntut untuk berperan dalam dakwah yang menjangkau ruang-ruang virtual. Dengan hadirnya platform media sosial, pesantren memiliki kesempatan untuk menyebarkan nilai-nilai keislaman dengan cara yang lebih kreatif dan modern, seperti melalui video dakwah, podcast, atau tulisan di website. Teknologi menjadi alat yang memungkinkan dakwah dilakukan secara masif dan lebih personal, menyentuh banyak kalangan.
Selain dakwah, pesantren juga memainkan peran penting dalam melawan penyebaran hoaks atau informasi yang menyesatkan terkait agama. Dengan pengetahuan agama yang kuat dan penguasaan teknologi, pesantren dapat menjadi garda terdepan dalam menghadirkan konten-konten edukatif dan membangun literasi digital di kalangan masyarakat. Pesantren diharapkan mampu menjadi lembaga pendidikan Islam yang mencerdaskan umat, sekaligus memberikan panduan yang benar dalam memahami Islam secara moderat dan damai.
Kemampuan pesantren dalam memanfaatkan teknologi juga membuka peluang baru dalam dunia pekerjaan. Di era digital, keterampilan seperti content creation dan penguasaan kecerdasan buatan (AI) menjadi nilai tambah. Pesantren yang beradaptasi dengan teknologi mampu menghasilkan generasi santri yang tidak hanya alim dalam agama, tetapi juga kompeten dalam berbagai bidang, termasuk ekonomi digital. Ini adalah langkah penting agar pesantren dan santri tetap relevan di tengah perubahan zaman yang serba cepat.