
Salah satu metode paling efektif untuk mengembangkan daya pikir murid adalah melalui pertanyaan yang mendorong eksplorasi kritis. Guru yang mengajukan pertanyaan berkualitas tinggi dapat merangsang siswa untuk berpikir mendalam, menggali konsep, dan memahami hakikat pengetahuan.
“Guru bukan hanya memberikan jawaban, tapi juga penggugah pertanyaan agar murid berjalan mencari hakikat,” tegas K.H. Zahid Purna Wibawa, S.T., Mudir al-Ma’had Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza, dalam Khutbatul Arsy Kamis (3/7/2025).
Namun, banyak pendidik belum mengoptimalkan teknik bertanya. “Banyak dari kita yang belum memberikan pertanyaan yang baik. Karena itu, anak terjebak dalam pertanyaan yang biasa kita sampaikan,” ujar Kiai Zahid. Padahal, pertanyaan yang dirancang dengan baik dapat membangun rasa ingin tahu dan mendorong siswa untuk aktif mencari jawaban.
Paulo Freire dalam bukunya “Pedagogy of the Oppressed” (1970), menekankan bahwa pendidikan harus dialogis, di mana guru dan murid terlibat dalam proses bertanya bersama. Pertanyaan kritis membebaskan siswa dari belenggu pemikiran pasif.
Jadi semestinya, anak-anak berlatih dengan pertanyaan-pertanyaan yang dibuat oleh guru, dengan pertanyaan yang merangsang rasa ingin tahu, sehingga murid tertantang untuk mencari jawabannya.
Kiai Zahid mengingatkan bahwa ketidakmampuan guru dalam memberikan pertanyaan yang merangsang anak untuk berpikir dan berkembang dapat menjadi salah satu sebab anak mengalami kegagalan dalam belajar.
Pertanyaan yang dirancang dengan baik adalah kunci pembelajaran yang mengembangkan daya pikir anak. Sebagaimana dikatakan Socrates, “Aku tidak bisa mengajarkan apa pun kepada siapa pun, aku hanya membuat mereka berpikir.” Dengan demikian, penting bagi guru untuk terus mengasah kemampuan bertanya agar siswa menjadi pembelajar yang mandiri, bukan penghafal pasif.