
Mendalami sejarah kehidupan para kiai pesantren tak hanya memikat namun juga memberi inspirasi. Masing-masing memiliki keunikan dan peranan tersendiri. Dari situ pun kita dapat mengambil pelajaran dan manfaat dengan meneladani. Demikian halnya dengan alm. K.H. Ahmad Syahiduddin, yang meninggalkan jejak kepemimpinan dan pengajaran yang tak terlupakan.
Hal ini diungkapkan oleh Ustaz Haerudin, M.Pd., yang menjadi murid Kiai Syahid sejak tahun 2006 ketika masih menjadi santri.
“Saya sebagai murid beliau, melihat beliau itu sangat luar biasa. Sederhana, cara berpikirnya simpel, tapi menghasilkan karya yang besar,” Kata Ustaz Haerudin, yang sekarang menjadi guru di Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza, pada Senin (3/6/2024).
Menurut Ustaz Haerudin, Kiai Syahid lebih banyak memberikan contoh dalam seluruh aspek pendidikan. Beliau mengajar, membangunkan santri, membangunkan guru, mengontrol asrama, bahkan kalau belum ada guru yang menjadi imam salat, beliau akan menjadi imam salat. Setelah selesai beliau akan keliling kembali.
“Itu beliau lakukan setiap hari ga kenal lelah. Bahkan kata beliau, kita tidur setelah santri tidur, bangun sebelum santri bangun. Beliau istikamah melakukan itu setiap hari,” ungkapnya.
Kiai Syahid sering menyampaikan ayat al-Qur’an surat Fussilat ayat 30 dalam berbagai kesempatan ketika membicarakan tentang istikamah.
إِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ أَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَأَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ (فصّلت: 30).
Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian tetap (dalam pendiriannya), akan turun malaikat-malaikat kepada mereka (seraya berkata), “Janganlah kamu takut dan bersedih hati serta bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” (Fuṣṣilat [41]:30).
Dalam menghayati istikamah, Kiai Syahid tak hanya mengajarkannya, namun juga mewujudkannya dalam setiap langkah hidupnya. “Istikamah dalam al-Qur’an itu benar-benar beliau amalkan,” kata Ustaz Haerudin.
Pengajaran yang Menarik
Kiai Syahid juga mengajar santri kelas akhir, di antaranya mengajarkan Fiqh Sunnah. Menurut Ustaz Haerudin, cara mengajar Kiai Syahid sangat menarik dan tidak membosankan. Beliau menerangkan materi dari kitab dan menjelaskannya dengan bahasa yang mudah dipahami.
“Cara mengajar beliau itu menarik dan ga bikin ngantuk. Dan itu dirindukan. Ngaji sama Pak Kiai Syahid itu merindukan. Beliau membaca matannya dari kitab, kemudian beliau jelaskan dengan bahasa yang simpel dan mudah dipahami. Karena yang beliau hadapi adalah anak-anak SMA. Dan ga bikin ngantuk. Ya itulah yang namanya kiai,” kenangnya.
Hal yang paling mengesankan, kata Ustaz Haerudin, Kiai Syahid mengajarkan sesuatu secara disiplin, dan beliau sendiri sudah melakukannya. Kita diajarkan on time, beliau sudah melakukan terlebih dahulu. Sesibuk apapun beliau, kalau waktunya mengajar beliau pasti tepat waktu.
“Jadi, beliau itu tegas, bukan galak. Beliau disiplin. Beliau itu luar biasa, baik sekali. Punya rasa kekeluargaan dan perhatian. Beliau sangat peduli terhadap keadaan guru,” ujarnya.
Saya Juga ingin Punya Jariyah
Ustaz Haerudin bercerita bahwa suatu ketika ia menyampaikan pertanyaan kepada Kiai Syahid dengan kedudukannya sebagai Pengasuh Pesantren, namun masih tetap menunjukkan kerja kerasnya.
“Suatu ketika saya pernah nanya sama beliau. Pak Kiai kan pemimpin pesantren. Dari sebelum Subuh Pak Kiai udah bangun. Apa sih yang kurang, semua udah punya. Tapi Pak Kiai masih mau seperti itu. Apa jawab beliau? ‘Din, saya gak punya apa-apa. Ini semua dari jariyah wali santri. Saya juga ingin punya jariyah. Saya nge-beko, ngarahin santri, cuma itu yang bisa saya perbuat’,” kenang Ustaz Haerudin dengan rasa haru atas ketawadukan sang guru.
“Beliau sangat tawaduk. Karya yang sebesar ini, beliau hanya mengatakan melaksanakan apa yang diamanatkan oleh guru (alm. K.H. Ahmad Rifa’i Arief),” imbuhnya.
“Pak Kiai ga pernah merasa lelah, selalu optimis. Itu dia yang membuat saya terkesan dari beliau itu,” katanya lagi.

Akhirnya, Ustaz Haerudin menyimpulkan dengan ungkapan sederhana tentang sifat teladan Kiai Syahid. “Beliau itu istikamah, tawaduk, dan pekerja keras,” ungkapnya.
Kemudian terkait dengan diterbitkannya buku Menjaga Amanah Menata Langkah (2024), yang berisi kumpulan ceramah Kiai Syahid dari tahun 2010 sampai 2016, Ustaz Haerudin berharap buku ini dapat memberikan manfaat bagi orang banyak dan menjadi inspirasi untuk diteladani.
“Harapan saya dengan terbitnya buku Menjaga Amanah Menata Langkah (2024) bisa menginspirasi semua orang, terutama orang-orang yang berkecimpung di dunia pendidikan pesantren. Belajar dari seorang Kiai Syahid, Kiai yang sederhana, tapi visinya luar biasa. Bertindak sebelum berbicara, memberikan contoh dan keteladanan,” pungkasnya.