Gebyar Milad ke-16 Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza disemarakkan dengan kegiatan Ngaji Literasi, yang menghadirkan para narasumber berkompeten di bidangnya. Salah satu narasumber yang menarik perhatian adalah Mia Chuzaimiah, atau yang akrab disapa Mia Chuz, seorang penulis terkenal dengan karya novel Islami.
“Keunikan dari sosok Mia Chuz bisa dilihat dari latar belakang beliau, baik pendidikan maupun sosialnya,” ujar Ustazah Dahlia Kusumawati selaku moderator.
“Mia Chuz merupakan lulusan Universitas Andalas Jurusan Teknik Industri dan seorang ibu rumah tangga yang memiliki banyak aktivitas di luar dunia literasi. Dengan modal hanya suka menulis, beliau mampu menulis secara otodidak di sebuah platform online hingga karyanya diminati untuk diangkat menjadi film,” jelasnya.
Dalam sesi Ngaji Literasi, Mia Chuz membahas proses kreatif dalam menulis, yang sangat relevan bagi santri. “Ada tiga syarat utama untuk bisa menulis,” ungkap Mia Chuz. Pertama, “Tulis aja dulu,” artinya santri disarankan untuk segera menulis apa pun yang terlintas dalam pikiran tanpa khawatir salah. Kedua, “Mengisi teko,” yakni memperkaya kosakata dengan banyak membaca dan berpartisipasi dalam komunitas menulis. Ketiga, “Menyerahkan segala urusan kepada Yang Menciptakan,” karena rintangan dalam menulis dapat diatasi dengan berserah diri kepada Allah Swt.
Mia Chuz menekankan pentingnya mengatasi rintangan dalam menulis dengan berserah diri. “Ketika sedang mengerjakan tulisan, akan selalu ada rintangan, tetapi ketika sudah berserah, akan terasa lebih ringan dan mengalir, bahkan hasilnya jauh dari dugaan,” tambahnya.
Penyampaian materi oleh Mia Chuz dinilai sangat relevan dan inspiratif bagi santri, khususnya dalam meningkatkan semangat dan keterampilan menulis. Santri Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza memiliki tugas membuat resensi buku dan karya tulis ilmiah, sehingga tips dari Mia Chuz sangat berguna bagi mereka.
“Buku-buku karya Mia Chuz mayoritas mengangkat cerita islami, yang tentu memiliki relevansi kuat dengan apa yang dipelajari para santri,” jelas Ustazah Dahlia.
Antusiasme santri terhadap narasumber sangat tinggi. Interaksi yang terjadi selama penyampaian materi sangat interaktif, terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan santri seputar proses kreatif dalam menulis.
“Harapan saya, semoga kegiatan seperti ini terus berlanjut karena banyak santri yang tertarik dengan dunia literasi. Selain itu, harapannya santri dapat menghasilkan karya tulis berupa buku fiksi atau nonfiksi,” pungkas Ustazah Dahlia.