
Pada Sabtu (22/03/2025), Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza menggelar Khutbatul Wada’, pelepasan santri kelas akhir Tahun Ajaran 2024-2025 di Aula Tasabuq. Acara ini dihadiri oleh Majelis Musyawarah Keluarga Pondok Pesantren Daar el-Qolam dan La Tansa, Pengasuh Pondok Pesantren Daar el-Qolam, Pimpinan Pondok Pesantren Daar el-Qolam dan La Tansa, Majelis Khidmah, dewan guru, wali santri kelas akhir, serta keluarga besar Pondok Pesantren Daar el-Qolam.
Dalam momen penuh makna ini, K.H. Zahid Purna Wibawa, S.T. menyampaikan tausiyahnya kepada para santri yang diwisuda. Sebuah nasihat perpisahan yang sarat makna, mengajak para santri untuk merenungi perjalanan yang telah dilalui dan menapaki masa depan dengan ilmu serta akhlak mulia.
Perjuangan yang Berbuah Manis
Dalam tausiyahnya, Kiai Zahid mengingatkan bahwa hari kelulusan bukan sekadar perayaan, tetapi juga momentum untuk bermuhasabah. “Hari ini, ratusan mata memandang hasil perjuangan kalian, hasil ketaatan kalian kepada orang tua, guru, dan kiai,” ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa perjalanan panjang di pesantren, dengan jadwal ketat mulai dari subuh hingga larut malam, adalah tempaan yang membentuk karakter santri. “Kini kalian tahu betapa benarnya nasihat orang tua dan guru-guru kalian. Bahwa kesungguhan, ketekunan, ketabahan, dan kesabaran adalah modal utama dalam meraih kesuksesan,” ujarnya.
Mengutip ungkapan bijak, beliau menyampaikan, “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian; bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”, serta pepatah Arab:
, وَمَا اللَّذَّةُ إِلَّا بَعْدَ التَّعَبِ
(Tiada kenikmatan kecuali setelah kelelahan).
Harga Diri dan Kemuliaan Akhlak
Kiai Zahid mengingatkan bahwa menghargai diri bukanlah soal kemewahan dunia, melainkan menjaga kehormatan diri dengan amal kebaikan. “Tidak hina orang yang mengendarai sepeda butut asal rezekinya halal. Sebaliknya, belum tentu orang yang bermobil mewah terhormat di sisi Allah jika hartanya didapat dari kejahatan,” tegasnya.
Ia mengutip sabda Nabi saw:
مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ
(Termasuk tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat) (HR. Tirmidzi).
Santri diingatkan agar terus berpegang pada akhlak mulia, sebagaimana sabda Nabi saw:
خَيْرُ النَّاسِ أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَأَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
(Sebaik-baik manusia adalah yang paling baik akhlaknya dan paling bermanfaat bagi orang lain).
Menjadi Manusia yang Bermanfaat
Nilai kelulusan sejati, menurut Kiai Zahid, bukan sekadar angka di atas ijazah, melainkan seberapa besar manfaat yang diberikan kepada masyarakat. “Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Jadilah orang yang berharga dengan memberi manfaat bagi sesama,” pesannya.
Santri juga diingatkan agar tidak terjebak dalam kebanggaan semu yang justru menjerumuskan. “Kehancuran sering terjadi karena seseorang tidak mengenali dirinya. Kecil merasa besar, besar tidak menyadari kebesarannya,” ujarnya. Oleh karena itu, beliau mengajak santri untuk selalu bertanya pada diri sendiri, “Who am I? Man Ana? Siapa aku ini?”
Menjaga Salat, Menjaga Identitas Muslim
Kiai Zahid menekankan pentingnya salat sebagai pilar utama dalam kehidupan seorang muslim. “Di manapun kalian berada, satu hal yang tidak boleh kalian lupakan:
فَقُوْلُوْا اشْهَدُوْا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
(Saksikanlah bahwa kami seorang muslim) (QS. Ali Imran: 64).”
Beliau mengingatkan bahwa salat adalah batas antara keimanan dan kekafiran. “Semulia apapun kalian di hadapan manusia, kalian hina sehina-hinanya jika meninggalkan salat. Sebesar apapun keuntungan kalian dalam bisnis, kalian rugi serugi-ruginya jika meninggalkan salat!” tegasnya.
Mengutip hadits Nabi saw, beliau menegaskan,
إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ
(Sesungguhnya batas antara seseorang dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan salat) (HR. Muslim).
أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلَاةُ
(Perkara pertama yang dihisab pada hari kiamat adalah salat) (HR. Ath-Thabrani).
Sebagai santri, menjaga salat bukan hanya kewajiban, tetapi juga benteng utama dari segala godaan dunia.
“إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ
(Sesungguhnya salat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar)” (QS. Al-‘Ankabut: 45).

Perjalanan Baru Dimulai
Kiai Zahid mengingatkan bahwa kelulusan bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan yang lebih besar. “Kini kalian telah menjadi orang yang berharga. Kenali dirimu, pancangkan cita-cita, dan raihlah dengan usaha maksimal,” pesannya.
Ia mengajak para santri untuk bersyukur kepada Allah, berterima kasih kepada orang tua dan guru, serta menghargai perjuangan teman-teman yang telah mendukung perjalanan mereka. “Tidak semua teman kalian sampai ke garis akhir ini. Maka bersyukurlah, karena kalian telah menyelesaikan perjalanan ini dengan penuh perjuangan,” ujarnya.
Kiai Zahid pun mengingatkan bahwa para santri telah mendapatkan bekal, tinggal bagaimana mereka mengembangkannya.
“Jangan salahkan almamater kalian kalau kalian tidak maju! Kini kami selesai membekali kalian dengan kunci-kunci agar kalian mampu maju dan berkembang, tinggal seberapa besar usaha kalian untuk mengembangkan diri. Kini kalian telah selesai dari satu proses pendidikan, kalian telah menjadi orang yang berharga dan berilmu, namun di hadapan kalian masih terdapat perjuangan panjang untuk mengayuh hidup dalam lingkungan yang lain,” ujar beliau.
Kiai Zahid memberikan semangat untuk bersikap lapang dada dalam menghadapi kehidupan. “Hadapi kehidupan ini dengan lapang dada, hadapi semua kenyataan hidup dengan semangat dan optimisme yang tinggi,” ucapnya.
Kiai Zahid menutup tausiyahnya dengan menanamkan semangat untuk terus berjuang demi mencapai keberhasilan.
“Selamat berjuang! Kobarkan terus semangat belajarmu, berjalanlah sampai ke batas, berlayarlah sampai ke pulau, mendakilah sampai ke puncak. Tak ada gunung yang tak dapat didaki, tak ada lautan yang tak dapat disebrangi, tak ada daratan yang tak dapat dilalui, bila terdapat tekad yang terpatri di dalam hati, bila semangat juang tetap gigih dimiliki, pasti kemenangan menjadi kenyataan. Ingatlah anak-anakku, doa kami menyertaimu,” pungkasnya.