Kisah Orang-orang Saleh yang Melembutkan Hati

Judul Buku: Kitab Ar-Riqqah Agar Hati Selembut Salju
Penulis: Ibnu Qudamah al-Maqdisi
Penerbit: Indiva Pustaka
Tahun Terbit: 2009
Tebal: 328 halaman
ISBN: 978-602-8277-01-3

Membaca kisah orang-orang saleh dengan penuh ketenangan dan kekhusyukan dapat menanamkan kedamaian dalam hati. Perjalanan hidup mereka yang diwarnai dengan ibadah, penghambaan sejati, dan akhlak mulia mampu mencairkan keangkuhan, menyadarkan kekurangan diri kita, dan bahkan mencucurkan air mata. Inilah yang dihadirkan oleh Kitab Ar-Riqqah karya Ibnu Qudamah al-Maqdisi, seorang ulama besar ahli tafsir, hadis, dan fikih yang bergelar Syaikh al-Islam Muwaffaq al-Din.

Buku ini menghimpun kisah-kisah inspiratif para kekasih Allah untuk mengobati kerasnya hati dan melunakkan kebekuan jiwa. Sebagaimana Ibnu Qudamah menulis:

“Rupanya tidak saya temukan yang lebih efektif dan sempurna untuk merealisasikannya daripada kisah orang-orang saleh yang rahmat turun saat mereka diperbincangkan, hati menjadi hidup saat kisah-kisah mereka diperdengarkan, dan kebahagiaan maujud kala perilaku mereka diteladani.” (hal. 18-19).

Ibnu Qudamah menghadirkan kisah-kisah teladan dari para Rasul, sahabat Nabi, Tabi’in, Tabi’it Tabi’in, hingga para wali Allah. Semua disajikan dengan bahasa yang jelas, mendalam, dan mengena di hati.

Salah satu ciri orang saleh yang digambarkan dalam buku ini adalah kecintaan mereka yang mendalam kepada Allah, zuhud terhadap dunia, dan kesungguhan dalam mengingat-Nya. Sebagaimana Ibnu Qudamah menjelaskan:

“Mereka menghidupkan ingat mati dan mematikan ingat hidup. Mereka mencintai Allah Azza wa Jalla dan gemar mengingat-Nya. Mereka mengambil cahaya dari cahaya-Nya dan memberi cahaya dengan cahaya-Nya.” (hal. 24).

Buku ini dimulai dengan kisah Nabi Adam as. yang diliputi penyesalan mendalam setelah melanggar larangan Allah. Ia menangis dan menyesali perbuatannya. Meski ia diistimewakan dan dimuliakan oleh Allah, Nabi Adam as tak manja dengan dosa, tak merasa istimewa hingga meremehkan; bahkan ia sangat malu kepada Allah. Ia terus-menerus memohon ampun kepada-Nya secara sungguh-sungguh hingga Allah menerima taubatnya.

Nabi Ayyub as. yang diuji dengan penyakit dan kemiskinan, hingga istrinya menyuruh Nabi Ayyub untuk berdoa kepada Tuhannya agar disembuhkan penyakitnya. Namun, Nabi Ayyub as. merasa malu setelah sebelumnya hidup dengan kekayaan selama 70 tahun. Ia tak manja dengan ujian yang Allah berikan dan memerintahkan istrinya untuk turut bersabar bersamanya, kalaupun harus diuji selama 70 tahun—meskipun ternyata diuji selama 7 tahun. Jibril pun datang menjumpainya dan memerintahkan untuk menghentakkan kakinya hingga memancarkan mata air yang dengannya menyembuhkan penyakit Nabi Ayyub as. Dan setelah itu kehidupannya kembali seperti semula dengan harta kekayaan.

Sakit dan kemiskinan adalah dua hal yang paling ditakuti dan dibenci oleh manusia, Nabi Ayyub as. telah menunjukkan dengan contoh sebaik-baiknya bagaimana manusia bersabar menghadapinya. Berbaik sangka kepada Allah dan tidak pernah putus asa dari rahmat-Nya.

Nabi Muhammad saw. digambarkan dengan keteguhannya dalam berdakwah meski menghadapi penindasan kaum Quraisy. Pengucilan selama tiga tahun, kematian Abu Thalib dan Khadijah, serta lemparan batu di Tha’if tidak menghentikan langkahnya. Hingga akhirnya, dakwah beliau diterima di Madinah, membuka babak baru peradaban Islam.

Kisah Abu Bakar ash-Shiddiq yang setia mendampingi Rasulullah saw. juga sangat mengharukan. Rasulullah pernah bersabda kepadanya:

“Semoga Allah merahmatimu sebagai seorang teman. Kamu telah membenarkanku saat orang-orang mendustakanku. Kamu telah menolongku kala orang-orang menelantarkanku. Dan kamu beriman kepadaku ketika orang-orang kafir kepadaku.”

Umar ibn Khattab digambarkan sebagai benteng Islam yang kuat. Ibnu Mas’ud bahkan berkata:

“Andai kebaikan orang yang ada di atas bumi sekarang diletakkan di salah satu timbangan dan kebaikan Umar di sisi lainnya, pasti kebaikan Umar akan lebih berat.”

Sementara Utsman ibn Affan dikenal dengan kedermawanannya yang luar biasa. Ketika musim paceklik di masa Khalifah Abu Bakar, ia menyedekahkan ratusan unta berisi makanan, hingga Rasulullah muncul dalam mimpi Ibnu Abbas dan bersabda bahwa Allah telah menerima sedekahnya dan menyiapkan surga untuknya.

Ali ibn Abi Thalib pun digambarkan sebagai sosok yang penuh hikmah dan keberanian. Bahkan Muawiyah mengakui keutamaannya:

“Ilmu memancar dari semua sisinya dan hikmah keluar dari seluruh sudutnya. Ia merasa asing dengan dunia dan perhiasannya, tapi merasa senang dengan malam dan kegelapan [untuk beribadah]. Ia selalu menangis dan senantiasa merenung.”

Masih banyak kisah penuh hikmah dan keteladan dari para shalihin. Setelah kisah para sahabat Rasulullah saw lalu kisah dari kalangan tabi’in, tabi’it tabiin, dan para wali Allah. Kisah mereka sangat menggugah, menyentuh hati, dan menginspirasi.

Kitab Ar-Riqqah adalah karya berharga yang layak dibaca oleh siapa pun yang ingin melembutkan hati, mengambil teladan, dan merenungkan makna kehidupan sejati. Kisah-kisahnya yang penuh hikmah tidak hanya menyentuh, tetapi juga menginspirasi pembaca untuk lebih dekat kepada Allah. Sangat layak dibaca oleh pencinta kisah spiritual, penuntut ilmu, dan siapa saja yang ingin menghidupkan hati dengan keteladanan orang-orang saleh.

Buku ini sangat cocok dijadikan bahan refleksi harian, terutama bagi mereka yang ingin meningkatkan kualitas diri dan spiritualitas. Dengan bahasa yang mengalir dan penuh makna, Ibnu Qudamah al-Maqdisi berhasil membawa pembaca pada perjalanan batin yang dalam, mengajak kita untuk meneladani ketulusan, kesabaran, dan keikhlasan para kekasih Allah.